Gegara Mahasiswa Unsoed Kompak dan Spontan Pilih ARB Viral di Medsos, Kata Aktivis 98  Kalau Rakyat Apatis Capres Oligarki Menang

Bupati Banyumas, Achmad Husein, saat bertanya kepada perwakilan mahasiswa Unsoed soal presiden mendatang/Repro/rmol

JAKARTA (SURYA24.COM)-  Potongan video berisi pengakuan 3 mahasiswa baru Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (Unsoed) yang kompak menjawab Anies Baswedan figur pas sebagai Presiden RI viral. Ketiga mahasiswa itu menjawab pertanyaan Bupati Banyumas, Achmad Husein, dalam sebuah acara di kampus.

Video berdurasi 1 menit 43 detik itu diunggah @UusRsd dalam akun media sosial X, platform, yang sebelumnya dikenal Twitter, beberapa jam lalu, Rabu (8/8).

Menanggapi itu, anggota Tim 8 Koalisi Perubahan, Sudirman Said, menilai pengakuan para mahasiswa itu merupakan tanda-tanda alam, bahwa publik menginginkan Anies Baswedan sebagai Presiden RI pada Pemilu 2024.

“Apalagi pak bupati di video itu menekankan “jawablah dengan jujur, saya minta kejujuran yang hakiki”. 

Anak-anak itu menyampaikan pendapat dengan sangat percaya diri, karena didorong bupati. Sekali lagi ini membuktikan ada gejala alam yang tak bisa dibendung,” kata Sudirman, dalam keterangannya, dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (8/8).

Menurut dia, apapun konteks acara dalam video yang viral itu, spontanitas para mahasiswa itu menampilkan pandangan yang jujur dari generasi masa depan Indonesia.

“Keadaan sedang membentuk momentum untuk menyambut hadirnya pemimpin baru, yang autentik dan memberi harapan bagi perbaikan,” kata mantan Menteri ESDM itu.

Dia juga meyakini, spontanitas publik yang jujur menghendaki Anies Baswedan sebagai presiden bakal semakin sering muncul ke permukaan.

“Indonesia tengah bersiap menyambut era baru. Era yang mengedepankan sains dan etika publik, dua hal yang selama hampir sepuluh tahun ini diabaikan. Respons spontan para siswa sekolah merupakan refleksi kerinduan pada pemimpin yang mewakili aspirasi mereka,” pungkasnya.

Capres Oligarki Menang

Menjadi calon presiden (Capres) harus memiliki modal yang kuat. Selain didukung partai politik, Capres juga harus memiliki 'fulus' alias uang untuk membiayai perjuangan.

Hal ini ditegaskan kritikus sekaligus Aktivis 98, Faizal Assegaf saat menjadi narasumber program 'Republik Ayam Jago', Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (8/8).

Hingga hari ini, ada tiga kandidat kuat yang digadang-gadang bakal menjadi Capres. Figur-figur ini diasumsikan mewakili oligarki yang akan melanjutkan pembangunan era Jokowi dan oposisi yang membawa perubahan.

Mereka adalah Ganjar Pranowo yang diusung PDIP, Prabowo Subianto yang didukung Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) dan Anies Baswedan yang didukung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

"Kalau rakyat bersatu berontak dengan simbol perubahan, Anies menang. Tapi kalau rakyat pasif dan apatis, oligarki punya calon menang," jelas dia.

 

"Pengantar utama orang masuk jadi Capres itu karena fulus. Bukan karena dukungan etnis, bukan karena ikatan keimanan, bukan karena lain-lain. Yang paling terang ini fulus," tegas Faizal.

Diskusi yang dipandu Arief Poyuono ini turut menghadirkan Paranormal Politik, Doni Istyanto. Diskusi Republik Ayam Jago dapat disaksikan lewat Channel YouTube Republik Merdeka.

Siap Jadi Cawapres

Dibagian ;lain Yenny Wahid mengaku siap menjadi calon wakil presiden jika ditunjuk salah satu dari tiga bakal calon presiden untuk bertarung di 2024.

Anggota majelis tinggi Partai Demokrat Syarief Hasan menuturkan, keputusan memilih bacawapres ada di tangan Anies Baswedan.

“Bagi Demokrat tentunya itu sudah kita serahkan, sudah komit, itu kita serahkan kepada Anies. Tergantung Anies sekarang,” kata Syarief Hasan di Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (8/8).

Disinggung mengenai Yenny Wahid merupakan tokoh NU dan kuat di Jawa Timur, Syarief Hasan tidak melihat ketokohan Yenny Wahid sesuatu yang luar biasa.

“Ya kalau saya, kalau kita melihat itu hal yang biasa aja, ya kan. Tidak ada sesuatu yang patut untuk dipertanyakan, di situ kan hak seseorang untuk menilai bagaimana,” ujarnya.

Hubungan Yenny dan Anies cukup dekat, lantaran Anies pernah menjadi rektor Yenny Wahid ketika studi di Paramadina. Kendati demikian, Demokrat tetap melihatnya biasa saja.

“Saya melihat biasa-biasa saja, tidak ada sesuatu yang spesial gitu ya,” selorohnya.

Pihaknya menegaskan, nama Yenny Wahid justru tidak masuk dalam bursa usulan bacawapres Anies dari tiga partai politik Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yakni Nasdem, PKS, dan Demokrat.

 “Menurut informasi tidak dalam pertimbangan kami,” tutupnya.***